A. Sejarah
Terbentuknya KOPTI
Pertama
– tama kita harus mengetahui apa itu koperasi sebelum mengetahui lebih lanjut
apakah KOPTI ini. Koperasi adalah badan
usaha bersama yang berasaskan pada prinsip ekonomi kerakyatan yang berdasarkan
atas asas kekeluargaan dan kemasyarakatan. Jadi Koperasi bertujuan untuk
mensejahterakan anggota di dalamnya dalam kehidupan perekonomian mereka.
Setelah mengetahui apa itu itu koperasi, mari
kita bahas mengenai apakah KOPTI ini. KOPTI merupakan koperasi yang menjadi
wadah bagi pengrajin tahu tempe di Indonesia khususnya di wilayah Bogor. KOPTI
itu sendiri merupakan singkatan dari “Koperasi Produse Tempe dan Tahu Indonesia”.
KOPTI ini awalnya berdiri pada tahun 1980 dan
KOPTI ini tidak hanya di wilayah Bogor saja, namun tersebar di berbagai wilayah
Kabupaten di Indonesia lainnya. Adanya koperasi ini dimulai pada zaman
kepemimpinan Soeharto, dimana koperasi digalakkan sebagai mata pencaharian
masyarakat Indonesia yang cocok pada masa itu, karena koperasi sesuai dengan
kepribadian masyarakat Indonesia doimana koperasi itu sendiri berasaskan badan
usaha bersama yang berasaskan pada prinsip ekonomi kerakyatan yang berdasarkan
atas asas kekeluargaan dan kemasyarakatan.
Awal Mula di bentuknya Koperasi Produsen Tempe
dan Tahu di Indonesia di sebenarnya para pengrajin tempe dan tahu pada jaman
kepeminminan Pa Soeharto kesulitan dalam mendapatkan bahan baku kedelai karna
tidak adanya koperasi pada saat itu kemudian para pengrajin untuk dapat
mendapatkan bahan baku membeli ke Toko. Kemudian karna hal tersebut koperasi di
bentuk oleh Pemerintah sebagai wadah bagi para pengrajin Tahu dan Tempe di
Indonesia. Sehingga di harapkan dengan adanya Kopti para pengrajin Tahu
dan Tempe dapat mendapatkan bahan baku dengan harga yang terjangkau dan
sebagian dari pendatan dapat disisihkan untuk dapat mengembangkan usaha para
pengrajin temped an tahu.
B. Unit
Usaha KOPTI
Sesuai
degan namanya, KOPTI berperan dalam menyediakan bahan baku bagi para pengrajin
tahu ataupun tempe di Kabupaten Bogor serta sekitarnya. Namun KOPTI memiliki
beberapa unit usaha lain yang mendukung serta memberi fasilitas bagi pengrajin
tahu serta tempe tersebut, antara lain :
1. Kopti juga memproduksi
Tempe dan Tahu. Namun produksi Tahu dan tempe yang di pasarkan kopti tidak di
jual ke pasar tradisional melainkan di jual kebeberapa rumah makan karna Kopti
berkomitmen kepada para anggotanya untuk tidak menjadi pesaing anggotanya
sendiri karna jika Tempe dan tahu yang di produksi kopti di pasarkan pada
tempat yang sama pasti para pengrajin tahu dan tempe biasa akan kalah dalam hal
kualitas. Tempe dan Tahu yang di hasilkan Kopti dari segi kualitas
sangat jauh berbeda dengan tahu tempe oleh para pengrajin biasa, karena kopti
memproduksi tempe dengan peralatan yang modern.
2. Kopti Membuat
Peralatan produksi tempe dan tahu untuk kemudian di jual ke para pengrajin.
Peralatan produksi Tempe dan tahu yang di buat oleh Kopti sendiri terbuat dari
bahan yang aman dan anti karat dengan tujuan untuk mengubah alat – alat
produksi pengrajin yang tidak higienis ke peralatan produksi yang lebih
higienis. Karna kebanyak pengrajin sekarang yang masih menggunakan dream bekas
oli untuk proses produksi mereka.
Selain unit usaha
Kopti ini Kopti juga melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan kualitas dari
hasil produksi tempe dan tahu para pengrajin di antaranya :
a. Kopti
memberikan penyuluhan bagaimana cara memproduksi Tempe dan Tahu yang baik.
b. Kemudian
ketika para pengrajin banyak mengeluh terhadap ketersediaan plastik
yang di gunakan untuk membungkus tempe yang sudah jadi maka kopti berinisiatif
untuk membuat plastik yang menarik untuk menarik para pelanggan.
Pada masa orde baru
kopti dapat melakukan simpanan untuk pergi haji, simpanan untuk peningkatan/
pengembangan usaha pengrajin dan lain lain. Namun sekarang dengan berbagai
permasalah yang banyak yang di sebabkan dari Pemerintah yang tidak dapat
mengelola SDA maka hal itu susah di lakukan untuk Kopti sekarang.
C.
Permasalahan Yang Dihadapi KOPTI
Koperasi sebesar KOPTI
ini pun mempunyai masalah baik dalam maupun luar. masalah – masalah tersebut
sudah kami rangkum dan simpulkan menurut garis besar pada saat wawancara dengan
narasumber kami yaitu :
1.
Adanya Permasalahan
dalam bahan baku
Bahan baku utama dalam
tahu dan tempe adalah kedelai, dan seluruh kebutuhan kedelai yang dibutuhkan tersebut
100% impor. Dengan kebutuhan
kedelai kita yang impor maka terjadi Kartel yang di lajukan oleh importir.
Kartel inilah yang menyebabkan harga kedelai kita tidak stabil.
Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto
terdapat BULOG yang bertugas untuk mengendalikan harga dan mengelola persediaan
beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, . Namun tugas tersebut berubah dengan
keluarnya Keppres No. 45 tahun 1997, dimana komoditas yang dikelola BULOG
dikurangi dan tinggal beras dan gula. Kemudian melalui Keppres No 19 tahun 1998
tanggal 21 Januari 1998, Pemerintah mengembalikan tugas BULOG seperti Keppres
No 39 tahun 1968. Selanjutnya melalu Keppres No 19 tahun 1998, ruang lingkup
komoditas yang ditangani BULOG kembali dipersempit seiring dengan kesepakatan
yang diambil oleh Pemerintah dengan pihak IMF yang tertuang dalam Letter of
Intent (LoI). Dalam Keppres tersebut, tugas pokok BULOG dibatasi hanya untuk
menangani komoditas beras. Sedangkan komoditas lain yang dikelola selama ini
dilepaskan ke mekanisme pasar.
Pemerintah belum berupaya mensejahterakan komoditas pengrajin
tempe dan menyerahkan penyediaan bahan baku pada importir. Tidak ada bantuan
berupa simpanan/tunjangan kepada anggota Koperasi layaknya zaman dulu ketika
BULOG masih aktif mengimpor kedelai, harga dari BULOG jauh lebih murah dan
selisih harga dari importir dapat digunakan untuk menghimpun dana tunjangan
untuk anggota Koperasi. Harga bahan baku yang mahal ini menyebabkan Kopti tidak
dapat menjalankan keinginannya yang selalu ingin memasok harga bahan baku
kedelai lebih murah kepada para pengrajinnya
2.
Adanya Permainan Harga
oleh Importir
Pengaturan harga yang dengan mudah dilakukan importir membuat
Kopti kelabakan, alasan importir menaikkan harga terus menerus karena komoditi
impor kedelai dihargai dengan Dollar, Kurs mata uang ini terus meninggi
nominalnya bila dibandingkan dengan rupiah. Kedelai yang dikirim ke Indonesia
adalah kedelai yang sama dengan stok lama dari minggu atau bulan lalu, tetapi
harganya naik karena kurs Dollar yang meninggi.
3.
Kualitas dari Kedelai
itu sendiri
Impor kedelai yang dilakukan oleh negara kita disebabkan
ketergantungan pada Negara maju membuat kita menerima dengan keadaan apapun, kedelai
kualitas apapun akan kita terima meskipun sebenarnya kedelai itu digunakan
untuk pakan ternak. Sementara untuk meng-impor kedelai yang berkualitas
baik, harganya 2 kali lipat sementara keadaan ekonomi Negara Indonesia yang
kurang baik tentu tidak sanggup meng-impor kedelai berkualitas baik, kalaupun
dipaksakan untuk impor, maka harga tempe di dalam negeri dapat meningkat hingga
2 kali lipat dan masyarakat malas membeli karena harganya tidak wajar.
Kedelai yang di-impor dari Amerika Serikat adalah hasil rekayasa
genetika, dengan bahan kimia yang cukup berbahaya, bahkan dicampurkan dengan
makanan ayam serta konsentrat, kuota yang mereka hasilkan dari rekayasa
genetika itu 20 Juta ton/tahun dan dengan harga yang tidak bisa ditawar.
Pejabat tidak membatasi keberadaan importir karena mereka telah disogok
oleh importir, uang yang diterima oleh pejabat diperoleh oleh importir dengan
cara yang mudah yaitu dengan menaikkan harga harga komoditas kedelai.
D.
Solusi
Setelah melihat
masalah – masalah yang dihadapi oleh KOPTI ini, ada beberapa solusi yang
memungkinkan KOPTI untuk memperbaiki jalannya usaha di dalamnya, antara lain :
1.
Mengaktifkan BULOG
BULOG mempunyai
kekuasaan tinggi menguasai pasar domestik karena pasal 33 UUD 1945 yang
berbunyi, “ Segala yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai Negara”.
BULOG mengimpor bahan baku dengan harga yang sesuai.
Pada masa
pemerintahan Soeharto, BULOG terus menjalankan fungsinya sebagai lembaga
penyeimbang sekaligus pengawas harga. Hingga tiba saatnya, ketika Indonesia
mengalami krisis moneter tahun 1998, impor kedelai melalui BULOG diberhentikan,
IMF mendesak terjadinya hal itu karena Indonesia tidak mampu membayar
hutangnya.
Poin-poin desakan
IMF:
1.Rakyat jangan di-nina
bobo-kan dengan monopoli impor oleh BULOG.
2. Pencabutan subsidi
kepada petani harus dilakukan secepatnya
Semenjak hal itu
terjadi, pengrajin mulai kesulitan dengan harga bahan baku kedelai untuk
membuat tempe. Apabila BULOG kembali diaktifkan sebagai
penstabil harga, maka Indonesia tidak perlu cemas apabila dalam perdagangan
bebas, subsidi tidak berefek apa-apa lagi.
2.
Meningkatkan
peran Petani Lokal
Pada masalah ini adalah tidak adanya atau sedikitnya
petani local yang menyebabkan pengimporan bahan baku berupa kedelai terhadap importir.
Apabila
pemerintah mampu memberikan harga yang sesuai kepada komoditi kedelai lokal
agar mampu bersaing dengan importir, maka petani kedelai akan terpacu dalam
persaingan menanam kedelai.
3.
Memanfaatkan
lahan yang luas untuk produksi kedelai
IPB telah
menemukan varitas kedelai yang termasuk unggulan dimana untuk kedelai varitas
lain yang biasanya 1 hektar ketika panen menghasilkan 1 ton sedangkan varitas
unggulan yang ditemukan tersebut bisa menghasilkan 3-4 ton kedelai ketika panen, ini merupakan kesempatan yang seharusnya dimanfaatkan
untuk memperbaiki 100% impor kedelai
ini.
4.
Menerapkan ide – ide baru serta melakukan sosialisasi
terhadap anggota
Manajemen internal KOPTI dalam hal ini harus tetap
memperhatikan nasib para pengrajin serta menerima masukan – masukan yang
disampaikan oleh anggota maupun pengrajin untuk kebaikan kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar