Kamis, 16 Januari 2014

Hujan Es

Hujan es yang dalam ilmu meteorologi disebut juga hail, adalah presipitasi yang terdiri dari bola-bola es. Persipitasi sendiri adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang. Salah satu proses pembentukan hujan es adalah melalui kondensasi uap air yang melewati keadaan dingin di atmosfer pada lapisan di atas freezing level. Proses lain yang dapat menyebabkan hujan es adalah riming, dimana uap air yang melewati keadaan dingin tertarik ke permukaan benih-benih es sehingga terjadi pengembunan mendadak dan membentuk es dengan ukuran besar. Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara sub-tropis, tetapi bisa juga terjadi di daerah ekuator dan biasanya terjadi pada saat musim peralihan atau musim hujan yang hujannya banyak terjadi pada siang atau malam hari karena fenomenanya yang selalu terjadi antara pukul 13.00 - 17.00.

Hujan es hanya akan terbentuk bila butir air hujan yang membeku tumbuh dan berkembang dengan menyerap butir-butir awan dingin pada awan cumulonimbus (Cb) yang melewati freezing level yang memiliki ketinggian dimana suhu udaranya adalah 0ÂșC atau sekitar 16.000 kaki di wilayah Indonesia. Awan Cb mengandung partikel es dan butir air besar. Untuk terjadinya awan Cb, kondisi udara harus mendukung dengan labilnya lapisan udara sehingga mudah terjadi proses konveksi ditambah suplai uap air yang cukup sehingga massa udara yang terangkat oleh proses konveksi akan mengandung banyak uap air dan mempermudah terbentuknya awan cumulus yang selanjutnya berkembang menjadi awan Cb. Pertumbuhan awan Cb yang disertai updraft yang kuat akan membentuk hail.

Hujan es biasanya juga terjadi di sepanjang daerah pegunungan karena gunung mempunyai kekuatan upward angin secara horizontal (yang dikenal juga sebagai orographic lifting) sehingga memungkinkan sering terjadi hail. Salah satu daerah yang sering terjadi hail besar adalah sepanjang pegunungan India Utara yang dilaporkan menjadi salah satu hail paling besar karena angka kematian yang cukup besar pada tahun 1888. Sepanjang Eropa dan Kroasia juga sering mengalami hail. Di Amerika Utara, hail juga biasanya terjadi di Colorado, Nebraska, dan Wyoming, yang  diketahui sebagai "Hail Alley". Hail di daerah ini biasa terjadi antara bulan Maret sampai Oktober sepanjang sore dan malam hari, namun sebagian besar terjadi di bulan Mei sampai September.

Hujan es juga sering terjadi di Indonesia meskipun Indonesia terletak di daerah tropis. Hujan es di daerah tropis akan terjadi jika batu es yang turun bersifat kering dan memiliki ukuran yang cukup besar saat keluar dari dasar awan. Namun, dalam perjalannya (jatuh bebas) dari dasar awan sampai tanah, ukuran batu es akan menyusut akibat kontak dengan suhu udara yang cukup tinggi. Ukuran batu es hasil dari hujan es biasanya dinilai dari diameternya yang diukur dengan penggaris. Ukuran batu es secara visual sering diestimasi dengan membandingkan ukurannya dengan objek lain yang diketahui seperti koin. Kecepatan hujan es atau kecepatan jatuhnya batu es ketika menyentuh tanah bervariasi, tergantung dari ukuran diameter hail. Sebuah batu es berdiameter 1 cm jatuh dengan kecepatan rata-rata sekitar 9 meter per detik (20 mph) dan ketika ukuran diameternya 8 cm, maka batu es akan jatuh dengan kecepatan rata-rata sekitar 48 meter per detik (110 mph).

Hujan es dapat menyebabkan kerusakan serius, khususnya dalam dunia otomotif, penerbangan, peternakan, dan banyak lainnya. Hujan es merupakan salah satu bencana badai yang berbahaya dalam dunia penerbangan. Hujan es yang menghasilkan batu es berukuran 13 mm dapat mengakibakan kerusakan serius pada pesawat terbang. Akumulasi hasil hujan es pada permukaan landasan pacu juga berbahaya bagi pesawat untuk landing maupun take-off. Sedangkan bagi pengendara mobil, hujan es dapat mengganggu aktivitas berkendara. Hantaman hujan es yang berukuran besar juga dapat merusak badan dan kaca mobil.

Peristiwa hujan es biasanya terjadi dalam waktu singkat dan jarang terjadi hujan es susulan pada daerah yang sama. Hujan es atau badai susulan dapat terjadi jika atmosfer dapat membentuk kembali formasi awan tebal dan rendah dalam waktu yang singkat. Dengan demikian tidak perlu dikhawatirkan bahaya susulan setelah badai hujan es melanda suatu wilayah.

Hujan es menimbulkan hujan yang merata ke wilayah yang relatif luas dengan durasi yang relatif lama. Kecanggihan teknologi citra udara telah mampu memantau peristiwa hujan es sebelum kejadian. Secara sederhana, tanda-tanda datangnya hujan es dan angin puting beliung dapat dipantau, seperti udara di lingkungan yang akan turun hujan es terasa panas beberapa jam sebelum kejadian. Hujan es merupakan peristiwa alam yang normal sehingga perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Di tengah masyarakat muncul mitos bahwa dianjurkan untuk menggunakan air hujan es sebegai air minum bahkan pengobatan. Berdasarkan penelitian para ahli, uap air yang membeku tersebut dapat bercampur dengan kuman dan debu sehingga penyalahgunaannya dapat menimbulkan penyakit bagi manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar