Hujan es
yang dalam ilmu meteorologi disebut juga hail, adalah presipitasi yang
terdiri dari bola-bola es. Persipitasi sendiri adalah curahan atau jatuhnya air
dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah
hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang.
Salah satu proses pembentukan hujan es adalah melalui kondensasi uap air yang
melewati keadaan dingin di atmosfer pada lapisan di atas freezing level.
Proses lain yang dapat menyebabkan hujan es adalah riming, dimana uap
air yang melewati keadaan dingin tertarik ke permukaan benih-benih es sehingga
terjadi pengembunan mendadak dan membentuk es dengan ukuran besar. Fenomena ini
tidak hanya terjadi di negara sub-tropis, tetapi bisa juga terjadi di daerah
ekuator dan biasanya terjadi pada saat musim peralihan atau musim hujan yang
hujannya banyak terjadi pada siang atau malam hari karena fenomenanya yang
selalu terjadi antara pukul 13.00 - 17.00.
Hujan es hanya akan terbentuk bila butir air hujan
yang membeku tumbuh dan berkembang dengan menyerap butir-butir awan dingin pada
awan cumulonimbus (Cb) yang melewati freezing level yang memiliki ketinggian
dimana suhu udaranya adalah 0ÂșC atau sekitar 16.000 kaki di wilayah Indonesia.
Awan Cb mengandung partikel es dan butir air besar. Untuk terjadinya awan Cb,
kondisi udara harus mendukung dengan labilnya lapisan udara sehingga mudah
terjadi proses konveksi ditambah suplai uap air yang cukup sehingga massa udara
yang terangkat oleh proses konveksi akan mengandung banyak uap air dan mempermudah
terbentuknya awan cumulus yang selanjutnya berkembang menjadi awan Cb.
Pertumbuhan awan Cb yang disertai updraft yang kuat akan membentuk hail.
Hujan es biasanya juga terjadi di sepanjang daerah
pegunungan karena gunung mempunyai kekuatan upward
angin secara horizontal (yang dikenal juga sebagai orographic lifting)
sehingga memungkinkan sering terjadi hail.
Salah satu daerah yang sering terjadi hail
besar adalah sepanjang pegunungan India Utara yang dilaporkan menjadi salah
satu hail paling besar karena angka
kematian yang cukup besar pada tahun 1888. Sepanjang Eropa dan Kroasia juga
sering mengalami hail. Di Amerika
Utara, hail juga biasanya terjadi di
Colorado, Nebraska, dan Wyoming, yang diketahui sebagai "Hail
Alley". Hail di daerah ini
biasa terjadi antara bulan Maret sampai Oktober sepanjang sore dan malam hari,
namun sebagian besar terjadi di bulan Mei sampai September.
Hujan es juga sering terjadi di Indonesia meskipun
Indonesia terletak di daerah tropis. Hujan es di daerah tropis akan
terjadi jika batu es yang turun bersifat kering dan memiliki ukuran yang cukup
besar saat keluar dari dasar awan. Namun, dalam perjalannya (jatuh bebas) dari
dasar awan sampai tanah, ukuran batu es akan menyusut akibat kontak dengan suhu
udara yang cukup tinggi. Ukuran batu es hasil dari hujan es biasanya dinilai
dari diameternya yang diukur dengan penggaris. Ukuran batu es secara visual
sering diestimasi dengan membandingkan ukurannya dengan objek lain yang
diketahui seperti koin. Kecepatan hujan es atau kecepatan jatuhnya batu es
ketika menyentuh tanah bervariasi, tergantung dari ukuran diameter hail. Sebuah batu es berdiameter
1 cm jatuh dengan kecepatan rata-rata sekitar 9 meter per detik (20
mph) dan ketika ukuran diameternya 8 cm, maka batu es akan jatuh dengan
kecepatan rata-rata sekitar 48 meter per detik (110 mph).
Hujan
es dapat menyebabkan kerusakan serius, khususnya dalam dunia otomotif,
penerbangan, peternakan, dan banyak lainnya. Hujan es merupakan salah satu
bencana badai yang berbahaya dalam dunia penerbangan. Hujan es yang
menghasilkan batu es berukuran 13 mm dapat mengakibakan kerusakan serius
pada pesawat terbang. Akumulasi hasil hujan es pada permukaan
landasan pacu juga berbahaya bagi pesawat untuk landing maupun take-off.
Sedangkan bagi pengendara mobil, hujan es dapat mengganggu aktivitas
berkendara. Hantaman hujan es yang berukuran besar juga dapat merusak badan dan
kaca mobil.
Peristiwa hujan es biasanya terjadi
dalam waktu singkat dan jarang terjadi hujan es susulan pada daerah yang sama.
Hujan es atau badai susulan dapat terjadi jika atmosfer dapat membentuk kembali
formasi awan tebal dan rendah dalam waktu yang singkat. Dengan demikian tidak
perlu dikhawatirkan bahaya susulan setelah badai hujan es melanda suatu
wilayah.
Hujan es menimbulkan hujan yang
merata ke wilayah yang relatif luas dengan durasi yang relatif lama.
Kecanggihan teknologi citra udara telah mampu memantau peristiwa hujan es
sebelum kejadian. Secara sederhana, tanda-tanda datangnya hujan es dan angin
puting beliung dapat dipantau, seperti udara di lingkungan yang akan turun
hujan es terasa panas beberapa jam sebelum kejadian. Hujan es merupakan
peristiwa alam yang normal sehingga perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Di
tengah masyarakat muncul mitos bahwa dianjurkan untuk menggunakan air hujan es
sebegai air minum bahkan pengobatan. Berdasarkan penelitian para ahli, uap air
yang membeku tersebut dapat bercampur dengan kuman dan debu sehingga penyalahgunaannya
dapat menimbulkan penyakit bagi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar