Insomnia merupakan kelainan tidur yang
sering dialami oleh hampir seluruh orang di dunia selama hidupnya. Insomnia
adalah kesulitan untuk tidur dan/atau kemampuan untuk tidur dalam waktu yang
lama sehingga timbul rasa segar setelah bangun meskipun telah memiliki banyak
kesempatan untuk tidur. Biasanya insomnia menyebabkan rasa kantuk, lemah, lesu,
dan rasa tidak enak lainnya, baik secara fisik maupun mental, sepanjang hari.
Insomnia terbagi menjadi tiga, yaitu insomnia sementara yang terjadi dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu ke depan, insomnia akut yang biasa disebut
insomnia jangka pendek yang berlangsung lama hingga berminggu-minggu, serta
insomnia kronis yang terjadi paling sedikit dalam sebulan atau dua bulan sampai
bertahun-tahun.
Meskipun insomnia dapat terjadi pada
segala usia, namun insomnia lebih mudah menyerang remaja wanita dibandingkan
laki-laki. Gangguan tidur ini selanjutnya dapat mengganggu aktivitas,
konsentrasi, ingatan, fungsi sistem imun, dan refleks, serta menimbulkan rasa
gelisah yang berlebihan, depresi, dan mudah marah. Penelitian dari UC Barkeley
menyatakan bahwa kurang tidur akan mempengaruhi cara berpikir seseorang untuk
memutuskan makanan apa yang akan dimakan sehingga cenderung membuatnya memilih
makanan cepat saji yang berakibat pada gangguan kesehatan dan obseitas.
Penyebab insomnia bermacam-macam, baik
dari sisi fisik maupun psikologis. Pertama, pengaruh obat-obatan dapat
menyebabkan seseorang sulit untuk tidur seperti corticosteroids, statins, alpha
dan beta blockers, SSRI antidepressants, ACE inhibitors, ARBs, Cholinesterase inhibitors, 2nd
generation (non-sedating) H1 agonists, dan lucosamine/chondroitin. Kedua,
terjadi gangguan pada cicardian rhythm yang disebabkan oleh jet lag,
kebisingan, kepanasan dan kedinginan. Ketiga, masalah psikologis yang biasanya
menyerang orang-orang dengan kelainan kejiwaan. Keempat, kondisi fisik yang
sedang melemah akibat mengidap berbagai macam penyakit seperti stroke, asma,
parkinson dan alzheimer, artritis, dan sebagainya. Kelima, hormon seperti
estrogen dan hormon lainnya yang diproduksi selama menstruasi. Yang terakhir
adalah faktor-faktor lain yang menyebabkan seseorang sulit tidur seperti tidur
di samping orang yang mendengkur, kelainan genetis, banyak pikiran, saat dalam
kondisi hamil, serta penemuan dari Universiy of Helsinki, Finlandia, yang
mengatakan bahwa keberadaan teknologi di dalam kamar tidur akan membuat orang-orang
mengurungkan niatnya untuk pergi tidur sehingga memicu timbulnya insomnia.
Insomnia
dapat dijelaskan dengan memperhatikan gejala-gejala yang diperlihatkan.
Gejala-gejala insomnia antara lain kesulitan untuk tidur di malam hari, sering
terbangun tengah malam atau terbangun lebih awal dari yang diinginkan, tetap
merasa lelah meskipun telah tidur sepanjang malam, rasa kantuk dan lelah
sepanjang hari, rasa gelisah, mudah marah bahkan depresi, kehilangan fokus dan
konsentrasi, sakit kepala berkepanjangan, kesulitan bersosialisasi, dan
lain-lain. Insomnia dapat disembuhkan, baik secara medis maupun non-medis.
Secara non-medis, insomnia dapat disembuhkan dengan memperbaiki pola hidup,
yaitu dengan mengatur waktu tidur, jangan sampai kurang atau lebih, tidak
merokok, menghindari kebiasaan ngemil di malam hari, serta membuat lingkungan
sedemikian rupa hingga menjadi nyaman. Relaksasi terhadap tubuh, menjalani
terapi kognitif dan kontrol stimulus juga dipercaya dapat mengurangi bahkan
menyembuhkan insomnia. Musik ternyata juga mampu mengurangi insomnia dengan
catatan bahwa musik yang diperdengarkan adalah musik yang menenangkan yang
mampu mengistirahatkan kerja otak. Selain itu, secara medis, penderita dapat
mengonsumsi obat-obatan seperti prescription sleeping pills/benzodiazepines,
antidepressants, antihistamines, melatonin, ramelteon, dan valerian officinalis.
Namun, perlu diingatkan bahwa penggunaan obat-obatan ini harus dalam pengawasan
dokter karena jika terlalu sering dikonsumsi, dikhawatirkan akan mengganggu
fungsi dari organ tubuh sehingga timbul komplikasi lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar