Salah
satu masalah yang masih menjadi keluhan bagi warga Jakarta adalah kemacetan.
Kemacetan ini bukan hanya disebabkan oleh warga Jakarta sendiri, namun para
pendatang dari berbagai kota yang termasuk dalam wilayah megapolitan ikut ambil
peran. Pembangunan MRT sedang memasuki tahap permulaan. Pembangunan
dilatarbelakangi oleh beberapa sebab yang salah satunya adalah estimasi keadaan
lalu lintas kota Jakarta yang akan berhenti total pada tahun 2020 karena
pertumbuhan pemakaian transportasi pribadi tidak diimbangi oleh pertumbuhan
jalan itu sendiri. Akibatnya, timbul kerugian, baik yang bersifat materi maupun
non-materi, yang diprediksi mencapai 65 triliun rupiah per tahunnya. Selain
itu, pertimbangan peningkatan polusi di ibukota pun ikut menjadi salah satu
penyebabnya. Berdasarkan hal-hal tersebut, DKI Jakarta dinyatakan memerlukan
sistem MRT untuk dijadikan alternatif transportasi yang mana juga bersifat ramah
lingkungan. Pembangunan MRT diharapkan mampu menciptakan pandangan baik
terhadap ibukota. Tujuan utama pembangunan MRT adalah untuk memberikan
kesempatan kepada warga ibukota agar mampu meningkatkan produktivitas dengan
tetap memperhatikan faktor keselamatan dan kenyamanan.
Belum
ada kepastian mengenai total biaya yang harus dikeluarkan Pemkot DKI Jakarta
terkait pembangunan proyek MRT. Namun, sejauh ini, total biaya yang diperlukan
untuk membangun MRT dari terminal Lebak Bulus sampai Dukuh Atas mencapai ¥144
milyar yang berasal dari alokasi dana APBD sebesar 42% dan APBN sebesar 58%. Pembangunan sendiri dibagi menjadi dua bagian
yang menghubungkan wilayah utara dengan wilayah selatan serta wilayah barat
dengan wilayah timur kota Jakarta. Pembangunan perhubungan wilayah utara dan
selatan Jakarta terbagi menjadi dua fase, yaitu fase satu yang menghubungan Terminal
Lebak Bulus sampai Bundaran HI sepanjang 15.7 km yang akan melibatkan 13
stasiun pemberhentian, baik yang dibangun di atas maupun di bawah tanah serta
fase dua yang selanjutnya menghubungkan Bundaran HI sampai Kampung Bandan
sepanjang 8.1 km yang akan melibatkan 8 stasiun pemberhentian yang direncanakan
untuk dibangun di bawah tanah. Pembangunan MRT untuk fase satu ditargetkan
rampung dan siap untuk dioperasikan pada 2016 dan fase dua pada 2018. Sedangkan
pembanguna perhubungan wilayah barat dan timur Jakarta masih dalam tahap
pembelajaran dan ditargetkan siap dioperasikan pada 2024.
Telah
disinggung sebelumnya bahwa proyek pembangunan MRT ini masih memasuki tahap
awal dimana proses relokasi pohon-pohon hijau yang terdapat di sepanjang jalur
proyek dilakukan. Pemerintah Kota DKI Jakarta menuturkan bahwa penanaman pohon
hijau akan dilakukan sebelum dan bersamaan dengan pembabatan di jalur hijau
sehingga ekosistem yang telah ada tidak terganggu. Selain itu, Pemkot DKI
Jakarta juga berencana untuk merelokasi sebagai trayek angkutan luar kota dari
terminal Lebak Bulus ke Terminal Pulogadung, Kalideres dan Kampung Rambutan
selama proyek pembangunan MRT berlangsung di Terminal Lebak Bulus. Relokasi ini
dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kemacetan selama pembangunan
tersebut. Untuk mengatasinya, Pemkot DKI Jakarta memastikan pihaknya telah
menyiapkan jalur-jalur alternatif yang dapat dilalui untuk mengurai
simpul-simpul kemacetan.
Warga
Jakarta dan sekitarnya berharap bahwa pembangunan MRT ini dapat berjalan dengan
lancar dan mampu mencapai tujuan utamanya untuk mengurangi kemacetan sebagai
alternatif transportasi. Prinsip aman dan nyaman dalam bermobilisasi hendaknya dapat
benar terwujud dan dipertahankan sehingga menimbulkan pola pikir bagi warganya untuk
saatnya meninggalkan ego pribadi dan mulai menggunakan tranportasi alternatif
yang disediakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar