Muslim menjadi
sebuah kaum minoritas di negara-negara Asia Timur, salah satunya di Korea
Selatan. Di era modern Korea Selatan, perkembangan Islam baru dikenal setelah
kedatangan tentara penjaga perdamaian asal Turki dalam Perang Korea, yang
memperkenalkan Islam kepada para penduduk lokal. Selama menjalankan tugas di
Korea inilah, mereka membangun perkemahan yang digunakan sebagai masjid, yang
digunakan juga sebagai wadah untuk mulai memperkenalkan Islam. Pendirian masjid
raya terwujud pada 1976 yang berdiri di atas sebidang tanah seluas 1.500 m2
yang disumbangkan oleh President Park Jung Hee, penguasa Korea Selatan saat
itu.
Sebagaian
besar masyarakat di Korea tidak beragama (atheis), yang jumlahnya mencapai
sekitar 45%. Kemudian, diikuti dengan pemeluk agama Budha (23%), Kristen (18%)
dan Katolik (10%) secara berturut-turut. Jumlah penduduk asli Korea yang
beragama Islam sampai saat ini tidak lebih 0,1% dari sekitar 50 juta jiwa total
populasi penduduk. Di samping jumlah tersebut, terdapat sekitar 200.000 muslim
pendatang dari berbagai negara di dunia, baik untuk bekerja, belajar, ataupun
menetap di Korea. Namun, jumlah muslim di Korea semakin bertambah seiring
dengan terjadinya interaksi yang secara tidak langsung mampu membantu menyebarkan
ajaran agama Islam kepada masyarakat asli Korsel.
Masjid pertama
yang dibangun di Korea Selatan adalah Seoul Central Mosque and Islamic Center
yang berada di kota Itaewon. Masjid ini selesai dibangun dan dibuka untuk
publik pada tahun 1974. Tidak hanya sebagai tempat sholat, di kompleks masjid
ini juga dilengkapi dengan kantor, ruang kelas, sekolah, dan aula untuk
konferensi. Hal ini dimaksudkan agar masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai
tempat sholat, tetapi juga sebagai pusat dakwah dan pendidikan. Segala kegiatan
ibadah dan aktivitas dakwah dikoordinasi oleh Korean Muslim Federation (KMF).
Mengingat sebagian besar jumlah kaum muslimin yang di Korea adalah pendatang,
maka seluruh aktivitas ibadah di masjid meliputi sholat jumat, sholat idul
fitri dan yang lainnya, yang disampaikan dalam 3 bahasa, yaitu arab, inggris
dan korea.
Sampai
sekarang, tercatat bahwa ada sekitar 21 masjid dan Islamic Center yang tersebar
di beberapa pusat kota di Korea, yang seluruhnya berada di bawah koordinasi
KMF. Selain masjid dan Islamic Center, beberapa universitas dan perusahaan
menyediakan ruangan yang diperuntukkan sebagai tempat sholat bagi mahasiswa
maupun karyawannya yang beragama Islam. Namun, pada sebagian besar tempat,
tidak pernah dijumpai tempat sholat khusus, sehingga kebanyakan kaum muslim di
sana menjalankan sholat saat datang waktunya di mana saja, asalkan suci.
Yang paling banyak
dikeluhkan oleh kaum muslim yang tinggal di Korea adalah sulitnya mendapatkan
makanan halal. Memang ada toko muslim khusus yang menyediakan berbagai macam
makanan halal dari berbagai negara, namun toko tersebut hanya mampu ditemukan
di kompleks masjid. Di samping itu, hanya terdapat beberapa toko khusus yang
menjual daging halal yang disembelih secara islami. Terkait makanan kemasan
produksi Korea, perlu kehati-hatian dalam memilih karena sebagian besar makanan
kemasan mengandung babi atau turunannya. KMF telah mengeluarkan daftar
makanan-makanan kemasan yang sudah dicek kehalalannya. Adapun yang berada di
luar daftar tersebut, pembeli harus mengecek sendiri kandungan penyusun makanan
tersebut. Masyarakat Korea sangat gemar untuk makan daging sehingga sebagian
besar restoran memiliki menu utama daging, baik daging babi, sapi, maupun ayam.
Mengingat penyembelihan sapi dan ayam di sana tidak mengikuti syariat Islam,
kaum muslim cenderung memilih menu sayuran dan ikan ketika harus mengikuti jamuan
makan bersama di restoran Korea.
Saat muncul
berita tentang pengeboman yang mengatasnamakan Islam dan jihad, sebagai contoh,
yaitu serangan 11 September di Amerika, masyarakat awam berfikir bahwa Islam
mengajarkan kekerasan dan pengeboman untuk jihad. Banyak masyarakat awam Korea
yang tidak mengerti sehingga menjadi takut dan cenderung menjauhi Islam dan
pemeluknya karena hal ini. Oleh karena itu, penduduk asli Korea yang beragama
Islam berusaha keras menjelaskan kepada masyarakat awam bahwa Islam sangat
melarang kekerasan, pengeboman dan hal semacamnya. Lee Ju-hwa, Ketua Dakwah dan
Pendidikan KMF, menyebutkan bahwa sebagian besar masyarakat Korea sekarang
mulai bisa memahami. Meskipun hidup sebagai seorang muslim bagi warga asli
Korea terlihat berat, namun pemeluk Islam di Korea sangat bangga menjadi
seorang muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar